Qu Yuan adalah seorang pejabat Negara Chu (343-289SM) dengan kepribadian yang mulia, disiplin, berani, berwawasan luas, skolastik, dan seni. Seorang menteri yang memiliki visi dan misi yang kuat untuk mengabdi pada rakyat dan Negara. Loyalitas dan integritasnya terhadap raja dan negaranya menjadi legenda hingga hari ini.
Namun sayang, kepribadiannya yang luhur dan mulia, tidak dihargai oleh dunia dan zamannya. Jiwanya yang jujur dan bersih harus terus menerima tuduhan, fitnahan, dan kecurangan dari pejabat-pejabat yang berkonspirasi . Sehingga semua perjuangannya untuk menyelamatkan negaranya menjadi kacau. Raja Chu karena termakan oleh firnahan para pejabat jahat, memecat dan membuangnya ke daerah terpencil. Walaupun telah diperlakukan secara tidak adil, Qu Yuan tetap hormat dan mencintai Raja Chu dan mengkhawatirkan negaranya yang diambang kehancuran!
Ketika beliau mendengar bahwa Negara Qin berencana mengumpan raja Chu dengan seorang wanita cantik yang akan membunuhnya, dengan segala kesetiaan, tak menghiraukan cemoohan dan hinaan, beliau kembali ke Negara Chu dan berupaya menasehati dan memperingatkan raja Chu. Namun Chu Hai Wang sama sekali tidak mau mndengar nasihatnya. Ternyata benar, setelah tiba di Negara Qin, raja Chu dibunuh. Bisa dibayangkan bagaimana perih perasaan dan pilunya hati Qu Yuan.
Setelah itu Qu Yuan kembali mengabdi dengan penuh loyalitas pada Raja baru Chu (Qin Xiang Wang) . Namun lagi-lagi Qu Yuan menjadi korban kejahatan komplotan Le Shang yang menyebar gossip dan fitnah,akhirnya Raja Chu mengusir dan membuang Qu Yuan ke Jiang Nan ( wilayah selatan dari Sungai Yang Tse) .
Walaupun beliau dicemooh dan dicaci maki dimana-mana sebagai pejabat buangan, kesetiaan beliau pada Raja Chu dan negaranya tidak pernah berubah.
Siang malam beliau menulis surat untuk menyadarkan Raja, namun tak ada yang mendengarkannya.
Suatu hari terbetik berita, Negara Chu telah dihancurkan oleh musuh, hati Qu yuan remuk bagai batu disambar halilintar. Sedih pilu tidak terlukiskan bercampur rasa bersalah karena tidak dapat menyelamatkan negaranya. Dalam kepedihan yang tak terperihkan, sembari memeluk batu besar, beliau terjun dan tewas di Sungai Mi Luo. Pada hari itu tepat aalah tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek (Tahun ini jatuh pada tanggal 6 Juni 2011) yaitu hari ini.
Setelah Qu Yuan mengakhiri hidup dengan terjun ke dalam sungai, rakyat Negara Chu sangat berduka dan berbondong-bondong menuju ke sungai Mi Luo untuk melayat Qu Yuan.
Rakyat datang untuk menyampaikan penghormatan tulus pada sang pejabat karena loyalitas dan integritasnya yang luar biasa.
Rakyat berduka karena mengenang hidup Qu Yuan yang pahit-getir.
Rakyat menangis seolah hembusan angin di Sungai Mi Luo membisikkan kepedihan hati Qu Yuan dalam ketidak-berdayaan dan keputus-asaannya menyaksikan negaranya yang tercinta diporak poranda oleh keserakahan , kecurangan, dan kemunafikan.
Air mata menitik tak henti bagai arus ombak Sungai Mi Luo yang mengalir kencang, sayup-sayup , seolah mengumandangkan jeritan hati Qu Yuan :
“ Hidup bagiku adalah pengabdian pada Negara. Demi Negara , aku tabah dan iklas menerima semua aib, fitnahan, dan ketidak adilan. Biarpun hidup sepi di pembuangan , sebatang kara, dan tiada yang memahami , kuterus menunggu dan menunggu, datangnya panggilan raja untuk kembali mengabdi…
Namun…kini Negara telah tiada apalagi yang kutunggu dalam hidup ini…?
Rakyat tak iklas akan kepergiannnya. Mereka mendayung perahu dan sampan hilir mudik mencari jenasahnya. Kaum ibu membuat kue cang untuk dilemparkan ke dalam sungai agar ikan-ikan makan kue cang dan tidak mengganggu jenasah Qu Yuan.
Di tulis untuk mengenang Qu Yuan, Pribadi mulia sepanjang masa
Salam hormat ,
rinai hujan
Namun sayang, kepribadiannya yang luhur dan mulia, tidak dihargai oleh dunia dan zamannya. Jiwanya yang jujur dan bersih harus terus menerima tuduhan, fitnahan, dan kecurangan dari pejabat-pejabat yang berkonspirasi . Sehingga semua perjuangannya untuk menyelamatkan negaranya menjadi kacau. Raja Chu karena termakan oleh firnahan para pejabat jahat, memecat dan membuangnya ke daerah terpencil. Walaupun telah diperlakukan secara tidak adil, Qu Yuan tetap hormat dan mencintai Raja Chu dan mengkhawatirkan negaranya yang diambang kehancuran!
Ketika beliau mendengar bahwa Negara Qin berencana mengumpan raja Chu dengan seorang wanita cantik yang akan membunuhnya, dengan segala kesetiaan, tak menghiraukan cemoohan dan hinaan, beliau kembali ke Negara Chu dan berupaya menasehati dan memperingatkan raja Chu. Namun Chu Hai Wang sama sekali tidak mau mndengar nasihatnya. Ternyata benar, setelah tiba di Negara Qin, raja Chu dibunuh. Bisa dibayangkan bagaimana perih perasaan dan pilunya hati Qu Yuan.
Setelah itu Qu Yuan kembali mengabdi dengan penuh loyalitas pada Raja baru Chu (Qin Xiang Wang) . Namun lagi-lagi Qu Yuan menjadi korban kejahatan komplotan Le Shang yang menyebar gossip dan fitnah,akhirnya Raja Chu mengusir dan membuang Qu Yuan ke Jiang Nan ( wilayah selatan dari Sungai Yang Tse) .
Walaupun beliau dicemooh dan dicaci maki dimana-mana sebagai pejabat buangan, kesetiaan beliau pada Raja Chu dan negaranya tidak pernah berubah.
Siang malam beliau menulis surat untuk menyadarkan Raja, namun tak ada yang mendengarkannya.
Suatu hari terbetik berita, Negara Chu telah dihancurkan oleh musuh, hati Qu yuan remuk bagai batu disambar halilintar. Sedih pilu tidak terlukiskan bercampur rasa bersalah karena tidak dapat menyelamatkan negaranya. Dalam kepedihan yang tak terperihkan, sembari memeluk batu besar, beliau terjun dan tewas di Sungai Mi Luo. Pada hari itu tepat aalah tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek (Tahun ini jatuh pada tanggal 6 Juni 2011) yaitu hari ini.
Setelah Qu Yuan mengakhiri hidup dengan terjun ke dalam sungai, rakyat Negara Chu sangat berduka dan berbondong-bondong menuju ke sungai Mi Luo untuk melayat Qu Yuan.
Rakyat datang untuk menyampaikan penghormatan tulus pada sang pejabat karena loyalitas dan integritasnya yang luar biasa.
Rakyat berduka karena mengenang hidup Qu Yuan yang pahit-getir.
Rakyat menangis seolah hembusan angin di Sungai Mi Luo membisikkan kepedihan hati Qu Yuan dalam ketidak-berdayaan dan keputus-asaannya menyaksikan negaranya yang tercinta diporak poranda oleh keserakahan , kecurangan, dan kemunafikan.
Air mata menitik tak henti bagai arus ombak Sungai Mi Luo yang mengalir kencang, sayup-sayup , seolah mengumandangkan jeritan hati Qu Yuan :
“ Hidup bagiku adalah pengabdian pada Negara. Demi Negara , aku tabah dan iklas menerima semua aib, fitnahan, dan ketidak adilan. Biarpun hidup sepi di pembuangan , sebatang kara, dan tiada yang memahami , kuterus menunggu dan menunggu, datangnya panggilan raja untuk kembali mengabdi…
Namun…kini Negara telah tiada apalagi yang kutunggu dalam hidup ini…?
Rakyat tak iklas akan kepergiannnya. Mereka mendayung perahu dan sampan hilir mudik mencari jenasahnya. Kaum ibu membuat kue cang untuk dilemparkan ke dalam sungai agar ikan-ikan makan kue cang dan tidak mengganggu jenasah Qu Yuan.
Di tulis untuk mengenang Qu Yuan, Pribadi mulia sepanjang masa
Salam hormat ,
rinai hujan