
tidak ada lipatan kulit," kata dr Irzan Nurman Djaenalmutaqin, CHt, dokter yang menyarankan Renata mengkonsumsi rosela. Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu mengatakan senyawa aktif dalam rosela membantu memperbaiki struktur kulit. Antioksidan rosela mirip vitamin E yang membantu peremajaan kulit," kata dokter spesialis Radiologi itu.
Antioksidan
Konsumsi rutin bunga kerabat kembang sepatu itu menjaga kulit lentur dan kenyal. Hibiscus sabdarifa itu memang kaya antioksidan. Ir Didah Nurfarida MSi, periset Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor, menemukan senyawa gossipetin, antosianin, dan glukosida hibiscin dalam rosela. Ketiganya berkhasiat sebagai antioksidan yang kuat. Antioksidan rosela meredam aksi radikal bebas yang menyerang molekul tubuh. Jika guanin dalam DNA terserang radikal bebas, kesalahan replikasi DNA mudah terjadi. Kerusakan DNA memicu oksidasi low density liporotein, kolesterol dan lipid penyebab penyakit degeneratif seperti jantung koroner, kanker, dan diabetes. Kerusakan itu juga termasuk kerusakan kulit yang menyebabkan penuaan dini seperti kerutan, flek hitam, kelebihan minyak, dan warna kusam. Dampak terakhir itulah yang dialami Renata.
Larutan itu dimasukkan ke tabung spektofotometer dan diuji dengan panjang gelombang 520 nm. Hasil penelitian menunjukkan rosela mengandung 51% antosianin. Antosianin salah satu antioksidan yang berkhasiat menangkal radikal bebas. Sedangkan antioksidannya dihitung dengan metode ferric reducing ability of plasma(FRAP), total antioxidant status (TAS), dan oxygen radical absorbance capacity (ORAC). Ketiga cara itu akurat menunjukkan 24% antioksidan selain antosianin pada rosela.
Kaya serat
Selain menghaluskan kulit wajah, rosela terbukti secara empiris menurunkan bobot tubuh Renata. Rahasianya adalah bunga merah marun itu kaya serat. "Rosela kaya serat dan bersifat diuretik; kata dr Irzan. Hasil pengamatan terhadap pasiennya, rosela efektif menurunkan bobot tubuh 20%. Duduk perkaranya? Rosela kaya serat larut, mencapai 33,9%. Jika dikonsumsi dalam bentuk minuman saji, seliter rosela mengandung 0,66 g serat larut dan 66% total antioksidan terlarut dengan kapasitas 335 micromoL trolox equivalents/ 100 mL. Jadi, setiap kali mengkonsumsi minuman rosela 66% adalah serat larut.
Makanya, frekuensi buang air besar pascakonsumsi rosela biasanya meningkat. Serat larut itu menyerap dan membuang lemak bersama feses. Dengan begitu lemak di usus penyebab kegemukan dapat digerus.
Konsumsi rosela terbukti menurunkan bobot tubuh hingga menjadi normal dan meningkatkan asupan cairan ion ke tubuh. Penurunan lainnya terlihat pada trigliserida dan kolesterol jahat. Singkat kata bunga kerabat waru yang molek itu mampu berperan ganda: menghaluskan kulit dan sekaligus melangsingkan tubuh. Keduanya menjadi damban, khususnya bagi kaum hawa.